Minggu, 06 Oktober 2013

Keluarga Moderen, Keluarga Ibrahim

Catatan ini terangkai disela-sela saya tengah jadi relawan Instansi Kemanusiaan Nasional PKPU utk mengawal prosesi pemotongan hewan qurban di Sulawesi Utara. Turun ke lapangan, menarik sapi, memotong serta membagikan dagingnya utk sahabat-sahabat kita yg memerlukan.

Sukur alhamdulillah, teman dekat Muslim serta teman dekat yang lain juga memperoleh “keberkahan” daging hewan qurban di hari raya ‘Idul Adha ini. Tepatnya di Lolak, Bolaang Mongondow, semua penduduk bahu-membahu membagikan daging qurban, tidak ketinggalan juga Ayah Salihi, Bupati Bolaang Mongondow juga turut didalam kegiatan ini.

Kehadiran Hari Raya ini tdk lepas dari tapak tilas seorang Bapak dari beberapa Utusan Tuhan yg dilahirkan di muka bumi, beliau yaitu Ibrahim atau Abraham. Beliau yaitu seorang Utusan Tuhan yg sekalian seorang Bapak dari anak-anak yg seluruhnya jadi Utusan Tuhan, diluar itu beliau juga seorang suami yg benar-benar menyukai istrinya serta juga kepala keluarga. Jadi sebuah keluarga yg dapat mencetak anak-anaknya jadi manusia hebat.

Telah semestinya apabila kita menggali lebih dlm bagaimana bapak Ibrahim (Abraham) mengelola keluarganya. Sekurang-kurangnya ada lima catatan saya tentang hal semacam ini.

Pertama, bapak Ibrahim (Abraham) jadikan kepercayaan Kemampuan Tuhan sbg fondasi saat membangun keluarganya. Dengan kepercayaan Kemampuan Tuhan yg dimilikinya semua problematika kehidupan keluarganya senantiasa teratasi dng baik.

Di waktu si kecil Ismail tengah kehausan yg luar biasa, sang ibu Hajar juga segera melacak air walau ia tengah di padang pasir yg gersang. Ibu Hajar juga berlari-lari menaiki bukit-bukit pasir dimulai dari bukit Shafa ke bukit Marwah sejumlah 7 kali. Oleh lantaran keyakinannya yg kuat, maka Tuhanpun keluarkan air, yg saat ini populer dng air Zamzam.

Ke-2, bapak Ibrahim (Abraham) membangun pilar keluarganya memberi perumpamaan rutinitas yg baik dlm keluarganya. Rutinitas keluarga yg baik dapat membuahkan ciri-ciri keluarga yg baik. Di dalam semua peluang beliau senantiasa diiringi dng do’a serta memohon pada Tuhan supaya diberikan keberkahan dlm keluarganya.

Di antara do’a bapak Ibrahim (Abraham) yaitu permintaannya supaya diberikan anak serta keturunan yg saleh serta salihah (berhati mulia, cerdas serta bertanggung-jawab) supaya bisa melanjutkan perjuangan orangtuanya.

Ketiga, bapak Ibrahim (Abraham) letakkan Visi serta Misi keluarga dng benar-benar jelas yaitu jadikan keluarganya sbg keluarga yg penuh ketaatan pada semua ketetapan Tuhannya. Semua kegiatan kehidupan keluarganya mesti merefleksikan nilai-nilai Tuhan, apabila ada nilai-nilai yg tidak sesuai, merekapun tdk menerepkan dlm keluarganya.

Semua anggota keluarganya memegang kokoh Visi serta Misi yg sudah tercanangkan itu. Bapak Ibrahim (Abraham) mengemukakan ajaranNya ke semua pelosok negeri, ibu Hajar serta Ismail juga berikan support serta dorongan dan do’a restu supaya semua kegiatan yg dikerjakan bapak Ibrahim (Abraham) berhasil serta memperoleh keberkahanNya.

Ke empat, bapak Ibrahim (Abraham) membangun ketangguhan keluarganya melewati ketauladanan dlm memikirkan serta melakukan tindakan. Beliaupun tidak segan-segan mencurahkan cintanya pd istri serta anaknya. Beliau memprioritaskan “team building” dlm keluarga, berbarengan Ismail meninggikan bangunan Ka’bah. Beliau juga mencontohkan pola komunikasi indah, membudayakan diskusi, serta musyawarah di antara anggota keluarganya hingga membuahkan pemahaman serta pengertian yg baik, seperti saat bapak Ibrahim (Abraham) mengkomunikasikan mimpinya pd anak Ismail bahwasanya beliau diperintahkan Tuhan utk menyembelihnya.

Dari hasil komunikasinya didapat kedasaran serta keikhlasan utk menggerakkan perintah Tuhan tsb yg selanjutnya Ismail juga digantikan dng domba besar sebagai Qurban.

Ke lima, bapak Ibrahim (Abraham) lakukan sinergi serta kolaborasi dng lingkungannya. Beliau menyerukan pd keluarganya utk selalu berkurban sbg bentuk ketaatannya pada Tuhan serta kecintaan kita pd manusia dan alam semesta.

Untuk saya pribadi, ini yaitu perumpamaan keluarga moderen, yg dapat kita adopsi sbg alat ukur saat membangun keluarga moderen, yg dapat melahirkan manusia moderen yaitu manusia berhati mulia, cerdas dlm memikirkan serta bertanggung-jawab dlm tiap-tiap sikap serta tindakannya.

Sahabatku, selamat coba meneladani keluarga Ibrahim, ayah beberapa anbiya’.